Tentang Rasa Syukur dan Sabar

Manusia berencana, Allaah swt yang menentukan hasilnya. Saya tidak tahu apakah tulisan refleksi peristiwa lamaran saya setahun lalu menjadi seperti sebuah ramalan. Entah kenapa, hari itu saya merasa begitu takut akan berbagai macam hal kemungkinan di masa depan. Dan hari berikutnya, seolah apa yang saya takutkan menjadi kenyataan. Allaah swt menguji kami dengan kehilangan lagi.

Ya, kami harus menerima kenyataan bahwa janin yang dikandung oleh Dek Zahra tidak berkembang sebagaimana mestinya dan akhirnya menjadi fetal death. Calon anak kami yang bahkan sudah diberi nama oleh adik ipar kami ternyata meninggalkan kami lebih awal. Barangkali, Allaah swt memang lebih tahu bahwa kelak anak tersebut akan lahir tidak sempurna, sehingga Dia ingin langsung mempertemukan kami di akhirat nanti dalam wujud yang sempurna. Barangkali juga, Allaah swt ingin menguji kami, sekuat apa kami menghadapi kehilangan sosok-sosok harapan dan kecintaan kami.

*****

Setidaknya, ada empat kehilangan besar yang pernah Allaah swt berikan pada saya. Pertama, adalah ketika lulus SD, saya sempat kehilangan sebagian hafalan Al-Quran saya. Akibatnya, Bapak (allaahi yarham) marah besar dan mengancam tidak akan menyekolahkan saya jika belum lancar kembali. Alhamdulillaah, selang beberapa waktu selama liburan, Allaah swt titipkan kembali hafalan Al-Quran kepada saya.

Kedua, adalah ketika saya kehilangan sosok Bapak dalam kehidupan kami. Penyesalan terbesar saya adalah di hari raya terakhir bersama beliau, saya sempat berkata keras karena kesal dengan sikap beliau. Dan saya belum meminta maaf hingga beliau meninggalkan kami. Bahkan, saya tidak berada di sampingnya di saat-saat terakhir beliau. Maka, saya selalu mengutamakan berdoa untuk kebaikan beliau setiap saat ada kesempatan.

Ketiga, adalah ketika saya kehilangan uang tabungan saya karena harus mengganti biaya kecelakaan mobil. Uang gaji pekerjaan dan tabungan yang biasanya saya gunakan untuk mengurangi pembayaran UKT dan membeli buku akhir semester ludes begitu saja. Saya tak habis fikir, betapa mudahnya Allaah swt membolak-balikkan kondisi seseorang.

Ketiga kehilangan di atas, selalu saya respon dengan sebuah kesedihan dan selalu ada rasa kecewa seolah tidak menerima nasib dan kondisi. Sampai ketiga ujian ini, barangkali saya masih gagal bersabar. Karena kata Rasuulullaah saw,

“Sabar itu terletak pada pukulan yang pertama.”

Dan, saya masih gagal merespon semua ujian tersebut dengan tepat.

*****

Hingga, Allaah swt menguji dengan kehilangan yang keempat kemarin. Ya, Allaah swt mengambil calon buah hati kami. Anak yang kami gadang-gadang menjadi penerus terbaik kami. Doa kami melangit setiap hari menyebut namanya dan mendoakan kebaikan untuknya. Namun, takdir Allaah swt memang di atas rencana kami. Allaah swt lebih menyayangi dia di sana sehingga dipanggil lebih dahulu.

Ketika saya diberitahukan kondisi tersebut, kebetulan posisi saya dengan Dek Zahra terpisah. Karena saya sedang koass stase Anak di Klaten, dan Dek Zahra di Jogja bersama keluarga mertua. Ketika saya akan merespon seperti biasa lagi, kecewa dan kurang penerimaan, Allaah swt ajarkan dan bantu saya untuk bersabar pada pukulan pertama ini.

Ya, ketika saya dikabari, dan saya ingin bersedih, saya sedang mendapat tugas untuk mengawasi seorang bayi muda. Tepat di depan saya, ada bayi yang sedang berjuang keras hanya untuk bisa bernapas. Tampak sekali ia kesusahan untuk mempertahankan hidupnya. Sepanjang malam saya menjaga dan melaporkan kondisinya.

Sampai menjelang tengah malam, akhirnya si bayi dipindahkan ke ruang PICU. Orangtuanya sudah tak habis pikir dan tak pandang biaya lagi. Mereka hanya ingin anaknya sembuh dan sehat kembali. Di sini, saya benar-benar merasakan bagaimana Allaah swt mengajarkan saya untuk tetap bersabar dan bersyukur atas nasib yang menimpa kami. Kehilangan calon bayi tentu tak lebih berat dibanding kehilangan bayi yang sudah lahir. Biaya yang kami keluarkan untuk tindakan dan pengobatan tentu tak sebanding dengan biaya pengobatan seorang bayi muda dengan pneumonia komplikasi. Ditambah lagi, melihat penampilan dan pola komunikasinya, kedua orangtuanya merupakan kelompok ekonomi bawah dan tingkat pendidikan rendah.

Maka, malam itu seolah Allaah swt tak memberi waktu saya untuk bersedih sedikitpun. Saya seolah mendapat kekuatan baru melihat pandangan mata penuh harap dari kedua orangtua bayi tersebut dan tatapan bayi yang sedang berjuang itu sendiri. Bolehlah seandainya saya beralasan bahwa saya baru saja mendapatkan musibah. Tapi melihat mereka, saya bahkan tak sempat memikirkan nasib Dek Zahra yang sudah di IGD bersama kakak ipar. Pikiran saya fokus bagaimana bayi ini bisa selamat dan tenang kembali. Penderitaan sang bayi tentu jauh lebih hebat daripada saya. Setidaknya saya bisa tumbuh sampai dewasa. Sementara ia harus berjuang untuk menyelamatkan usianya yang masih muda. Apalagi orangtuanya, beban mental, ekonomi, dan lainnya tentu jelas jauh lebih berat daripada saya.

Paginya, ketika dikabarkan bahwa Dek Zahra sudah stabil dan si bayi juga sudah tenang di PICU, saya hanya bisa tersenyum dalam hati. Ada rasa bahagia dan bersyukur yang membuncah di dalam dada saya. Saya merenung dan mencoba merakit ceritanya untuk mengambil hikmahnya. Hingga saya tuliskan kisah ini sambil bercucuran air mata. Saya terharu betapa sayangnya Allaah swt kepada kami. Dia mengabulkan doa kami agar senantiasa mendidik kami, mengajarkan kami lebih kuat, dan memberikan hikmah dari setiap peristiwa sekecil apapun yang kami alami.

Terakhir, saya ingin mengutip kembali sebuah hadits yang senantiasa memberi saya motivasi untuk menerima semua jenis takdir-Nya.

“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.”

Dan saya bersyukur ditempatkan Allaah swt pada posisi sabar atas musibah yang menimpa kami dan bersyukur atas nasib baik sang bayi.

Yaa Allaah, limpahkanlah rezeki yang cukup dan berkah pada setiap umat-Mu, mudahkanlah urusan mereka, hilangkanlah sakit dan ringankanlah penderitaannya, angkatlah derajat mereka, dan karuniakanlah mereka kekuatan kesabaran dan kesyukuran dalam keimanan kepada-Mu…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *